.jpg)
SUMUTAKURAT.COM/Medan
Bayangkan Anda datang ke Unit Gawat Darurat (UGD) dalam kondisi darurat, hanya untuk diberi tahu bahwa dokter yang selama ini merawat Anda tidak bisa diakses karena diblokir oleh asuransi. Tidak ada pemberitahuan sebelumnya, tidak ada kesempatan untuk bersiap. Bagaimana perasaan Anda?
Inilah yang dialami oleh sejumlah pasien di Medan baru-baru ini. Mereka datang ke rumah sakit dengan harapan mendapatkan perawatan dari dokter yang sudah memahami riwayat medis mereka. Namun, begitu tiba, mereka justru dihadapkan pada kenyataan bahwa dokter tersebut tidak lagi bisa menerima pasien asuransi mereka.
“Saya sudah bertahun-tahun berobat ke dokter ini. Saya merasa aman karena beliau sudah tahu kondisi saya. Tapi saat saya ke UGD dalam keadaan darurat, saya malah diberi tahu bahwa asuransi saya tidak menanggung dokter ini lagi. Saya bingung, harus bagaimana?” keluh salah satu pasien yang mengalami kejadian tersebut.
Tenaga medis di rumah sakit pun tak kalah bingung. “Kami juga tidak mendapatkan pemberitahuan dari asuransi. Tiba-tiba pasien datang mencari dokter yang biasa menangani mereka, tetapi kami harus menjelaskan bahwa dokter tersebut tidak bisa menerima pasien dengan asuransi tertentu lagi. Ini situasi yang sulit, terutama bagi pasien dengan kondisi kronis,” ujar seorang petugas medis.
Apakah seharusnya keputusan seperti ini dibuat tanpa pemberitahuan? Bagaimana jika pasien yang membutuhkan penanganan cepat justru harus terlantar karena dokter yang mereka percaya tidak bisa diakses?
Hingga saat ini, pihak asuransi yang terlibat belum memberikan penjelasan resmi mengenai alasan di balik pembatasan ini. Namun, bagi pasien, dampaknya sudah sangat nyata, ketidakpastian, kebingungan, dan bahkan risiko kesehatan yang lebih besar.
Bagaimana menurut Anda? Seharusnya siapa yang bertanggung jawab atas kekacauan ini?
(Sa1)
